Makassar, Orbitimes.com– Protes anti-vaksin Covid-19 berlangsung di Ibu Kota Sofia, Bulgaria, berujung rusuh pada Rabu (12/1). Para demonstran berusaha merangsek Gedung Parlemen negara hingga bentrok dengan polisi.
Sekitar 3.000 orang berkumpul di depan parlemen dan menuntut pencabutan aturan vaksinasi sebagai syarat protokol kesehatan. Mereka menilai aturan tersebut merupakan cara lain pemerintah memaksa masyarakat divaksin Covid-19.
Sebagian besar pendemo datang menggunakan rombongan bus. Mereka sempat berupaya memukul mundur pagar badan polisi yang sudah bersiaga menghadapi demonstran.
Dikutip Reuters, ribuan demonstran berhasil mencapai pintu depan gedung parlemen. Namun, para pedemo memutuskan berdamai dan meminta para pembuat kebijakan merespons tuntutan mereka.
Beberapa warga, termasuk dari kubu polisi, terluka akibat bentrok yang terjadi.
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera nasional dan bendera partai Kebangkitan ultra-nasionalis, yang mana menjadi koordinator demo tersebut.
Para pedemo juga meneriakkan “kebebasan” dan “mafia” sebagai bentuk kecaman kebijakan pemerintah menangani Covid-19.
“Saya tidak menyetujui sertifikat hijau (vaksin). Saya tidak menyetujui anak-anak harus berhenti datang ke kelas. Saya tidak melihat logika dari hal ini,” ujar seorang teknisi, Asparuh Mitov.
Sementara itu, Perdana Menteri Bulgaria, Kiril Petkov, mengungkapkan rasa sesalnya karena tak bisa bertemu dengan pengunjuk rasa, dalam stasiun televisi BTV. Ia berencana bertemu mereka pada Jumat (14/1), saat waktu isolasinya selesai.
Petkov, Presiden Bulgaria Rumen Radev, dan beberapa menteri senior negara itu tengah melakukan isolasi mandiri setelah salah satu peserta pertemuan yang mereka hadiri Senin (10/1) positif terinfeksi Covid-19.
Meski demikian, Petkov menuturkan kebijakan sertifikat kesehatan tak akan dicabut.
“Di masa sekarang ini, saat kasus melonjak, dan mengetahui hubungan antara orang yang divaksin dan sertifikat kesehatan, ini tak dapat dicabut,” tutur Petkov.
Bulgaria memang menerapkan beberapa pembatasan untuk menekan penyebaran virus corona. Warga di sana harus menggunakan masker saat berada di dalam ruangan dan transportasi publik.
Masyarakat juga harus memiliki sertifikat kesehatan untuk masuk ke restoran, kafe, pusat perbelanjaan, dan pusat kebugaran. Sertifikat ini diberikan untuk orang yang telah divaksin, sembuh, dan mendapatkan hasil negatif virus corona.
Di sisi lain, Bulgaria merupakan negara bagian Uni Eropa dengan tingkat vaksinasi yang rendah. Menurut Our World in Data, baru 15 persen populasi di sana yang menerima vaksinasi lengkap.
Pada Rabu (12/1), Bulgaria mencatat penambahan kasus infeksi Covid-19 harian sebanyak 5.703 kasus, dikutip dari data Universitas Johns Hopkins.
Kenaikan kasus yang terus mencapai ribuan sejak akhir Desember ini terjadi kala negara itu menghadapi gelombang keempat Covid-19. Angka ini juga semakin memuncak saat varian Omicron semakin merebak menyerang dunia.
sumber: CNN Indonesia