Orbitimes.com , Jakarta – Peristiwa politik yang nampak menjadi sorotan pembaca pada pekan lalu adalah soal pernyataan Yenny Wahid yang merupakan putri sulung mendiang Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terkait Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Kemudian desakan dari internal Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) supaya bakal calon presiden Anies Baswedan segera mengumumkan sosok tokoh yang akan menjadi bakal cawapres.
Selain itu, pada akhir pekan lalu Partai Amanat Nasional dan Partai Golkar menyatakan bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang dihuni Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kedua partai politik itu juga menyatakan mendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden 2024.
Friksi Yenny Wahid vs Cak Imin mencuat lagi Sorotan pertama mengarah kepada Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan Yenny Wahid. Konflik antara Muhaimin dengan keluarga Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, kembali mencuat.
Perseteruan kedua pihak itu kembali muncul ke permukaan setelah Yenny Wahid menyentil Muhaimin yang ngotot maju sebagai calon presiden (capres) pada 2024 nanti menggunakan PKB sebagai kendaraan politik.
Menurut Yenny, PKB merupakan partai yang dirintis Gus Dur ketika menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Yenny menilai Muhaimin mendepat Gus Dur dari partai itu demi mendulang keuntungan politik dan naik ke tampuk kepemimpinan PKB. Di sisi lain, saat ini PKB dan Muhaimin merapat kepada Gerindra dan mendukung Prabowo sebagai bakal capres 2024.
Partai Gerindra besutan Prabowo Subianto sudah meneken kerja sama politik dengan PKB sejak setahun lalu. Namun, belum kunjung mendeklarasikan nama bakal capres-cawapres.
Muhaimin juga diketahui sangat ingin maju sebagai peserta Pilpres 2024. Akan tetapi, Prabowo belakangan pamer kedekatan dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang dikenal dekat dengan Ketua Umum PBNU saat ini, Yahya Cholil Staquf. Di sisi lain, hubungan Muhaimin dan PBNU yang dipimpin Yahya saat ini sedang tidak akur.
Yenny mengungkapkan, keluarga Gus Dur dengan tegas akan menarik diri dan tidak akan mendukung Prabowo jika memilih Cak Imin sebagai bakal cawapresnya pada 2024.
Yenny mengatakan, perilaku Cak Imin yang menyingkirkan Gus Dur, atau menurut Yenny “mengudeta” sang ayah dari PKB adalah alasan kuat untuk tidak mendukung sepupunya itu dalam Pilpres 2024.
Menurut Yenny, Prabowo memahami konflik antara keluarga Gus Dur dan Muhaimin. Selain itu, dia juga mengungkapkan perintah mendiang ayahnya yang melarang atribut penggunaan namanya di PKB pimpinan Muhaimin. Yenny mengatakan, larangan itu ditandatangani Gus Dur di depan notaris.
Namun, atribut Gus Dur masih sering dipakai oleh Cak Imin hingga saat ini.
Ketika dimintai tanggapannya, Muhaimin enggan menjawab panjang soal sindiran dari Yenny. Menurut Muhaimin, persoalan itu sebaiknya tidak dibahas karena merupakan masalah lama.
Bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan mendapat desakan dari internal koalisi untuk mendeklarasikan bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampinginya di Pilpres 2024 mendatang.
Sampai saat ini Anies tak kunjung mengumumkan bakal cawapresnya, setelah diusung sebagai bakal capres sejak setahun lalu.
Pihak yang mendesak Anies mengumumkan cawapres adalah Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, masyarakat sudah tidak sabar ingin tahu siapa bakal cawapres yang akan mendampingi Anies di Pilpres 2024. Sementara itu, PKS memandang kontestasi Pilpres 2024 sudah semakin dekat.
PKS menyatakan konsolidasi perlu segera dilakukan supaya Anies bisa menggalang dukungan.
Belakangan, nama-nama yang digadang-gadang menjadi cawapres Anies mencuat. Di antaranya seperti Khofifah Indar Parawansa, AHY, Yenny Wahid, Susi Pudjiastuti sampai Ahmad Heryawan (Aher).
AHY dalam konferensi pers di kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta, Jumat (11/8/2023) pekan lalu mengatakan, saat ini yang berharga adalah kepastian penentuan bakal cawapres Anies Baswedan.
Ia mengungkapkan, publik yang mendukung narasi perubahan sudah tidak sabar menunggu siapa figur pendamping Anies pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Anak sulung Presiden mengatakan, dorongan pada ke-6 Republik Indonesia itu mengatakan, Anies untuk menentukan pendamping selalu dibawa dalam komunikasi Demokrat dengan dua mitranya di koalisi, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Nasdem.
Sementara itu Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzammil Yusuf juga meminta Anies segera mengumumkan bakal cawapres.
Dia menganggap Pilpres 2024 sudah semakin dekat sehingga konsolidasi harus segera dilakukan. Selain itu, kata Al Muzammil, dengan adanya sosok bakal cawapres maka KPP dinilai bisa mengoptimalkan kinerja di akar rumput.
Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Nasdem Effendi Choirie tidak sependapat dengan Demokrat dan PKS. Menurut dia, Demokrat dan PKS harus bersabar karena Anies belum perlu mendeklarasikan bakal cawapres karena masih ada cukup waktu.
Effendi meyakini Anies memikirkan yang terbaik untuk kemenangan KPP pada Pilpres 2024. Ia juga meyakini bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta itu tengah menghitung dan menunggu momentum yang tepat.
Sumber : Kompas.com