Makassar, Orbitimes.com – Tutur kata, doa, tangis dan perlawanan para leluhur kepada kaum Imprealisme, telah mengantarkan kita pada klimaks perjuangannya melawan para penjajah, sehingga indonesia telah menikmati kemerdekaan diusia yang ke 77 ditahun ini
Spirit perjuangan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peranan para pemuda bersama kreativitas dan antusiasnya dalam menjemput moment yang dinantikan, mulai dari pembentukan organisasi Budi Utomo ditahun 1908 dengan tujuan mencapai kemajuan serta meningkatkan derajat bangsa Indonesia, lalu beragam organisasi mahasiswa dan pemuda telah lahir dan berkembang pesat dengan visi maupun misi yang sama, dalam rangka yang menuju suatu kemerdekaan.
Atas komitmen kolektif dari pelajar dan pemuda yang sama-sama berinisiatif untuk melepaskan Indonesia dari tangan penjajah, maka pada 28 Oktober 1928 dari Kongres ke II Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia melahirkan Sumpah Pemuda, Bertumpah darah, Berbangsa dan Berbahasa yang satu semuanya tertuju pada keikhlasan dan kecintaan kepada NKRI.
Kontribusi para pemuda tidak pernah terputus dari Indonesia, fase pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, peralihan orde lama kepada orde baru bahkan sampai era reformasi selalu melibatkan pemuda dalam pemecahan masalahnya, hal tersebut menjadi Simbolis bahwa tidak ada parameter yang dapat mengkalkulasi bentuk kecintaan pemuda kepada Indonesia.
Kendati Dewasa ini harus kita akui terdapat virus yang menyebabkan degradasi pada tubuh mahasiswa dan pemuda, pesatnya kereta teknologi yang tak terhentikan memberikan dua pilihan kepada kaum milenial, menjadi kekuatan atau kelemahan sebab teknologi ibarat pisau yang mempunyai dua ujung mata yang berbeda, tugas pokok dan fungsinya tergantung pada pemiliknya.
Makin hari kecintaan pemuda akan negara dan bangsa mulai memudar bahkan menghilang, kegelisahan akan kondisi yang meresahkan hanya sampai pada perkataan bukan tindakan, terlebih jika kondisi itu sampai pada media sosial saja tanpa tindak lanjut yang nyata, seolah hal itu telah mereka anggap sebagai kontribusi untuk negeri.
Harus pula kita terima, bahwa kecintaan pemuda kepada negara juga mulai mengecil, tatkala klub sepak bola yang mereka kagumi kalah lalu merontah bahkan sampai menghilangkan nyawa, saat pemerintah menaikkan harga BBM menerima saja, tak terbayang massif nya aksi massa pada momentum pengecaman terhadap penistaan agama, maupun aksi damai tragedi Kanjuruhan di berbagai wilayah teralihkan pada protes terhadap situasi yang tidak menguntungkan masyarakat.
Perkembangan teknologi yang seharusnya digunakan sebagai sarana pendukung dalam meningkat kualitas belajar teralihkan pada ajang penghibur belaka, yang menyebabkan kita tidak tahu kondisi apa yang melanda negara dan bangsa, semua nya tertuju pada provit pribadi saja, sekalipun marah hanya terbatas pada perkataan bukan pelaksanaan, seolah itu menjadi kebiasaan yang dibenarkan.
Dalam perayaan hari Sumpah Pemuda yang 94 Tahun ini, bisa menjadi refleksi dan introspeksi kita semua, bahwa kepedulian terhadap kemerdekaan bukan sekedar pada pemikiran dan perkataan belaka, melainkan tervalidasi pada aksi yang nyata (Tindakan) untuk negara dan bangsa
Selamat Hari Sumpah Pemuda
Muh Arya Dwi Madaprama
(Ketua Dewan Mahasiswa FSH UINAM)