Makassar Orbitimes.com – Pengamat Politik Indonesia, Rocky Gerung menyinggung mengenai fakta pemberontakan Gerakan 30 September PKI atau G30S/PKI usai Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membantah jika indonesia telah dikuasai oleh China.
Rocky Gerung mengatakan jika nama China ada dalam catatan sejarah Indonesia sebagai sponsor pemberontakan G30S/PKI tahun 1965 yang menewaskan beberapa jenderal.
“Nama China itu ada di dalam catatan sejarah Indonesia sebagai sponsor dari pemberontakan G30S/PKI dan itu fakta-fakta itu cukup lengkap,” kata Rocky Gerung, dikutip dari video yang ditayangkan di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jumat 11 November 2022.
Selain itu, fakta kedua China menjadi ancaman untuk Indonesia yakni China masuk dalam daftar rencana pertandingan super power di Asia Pasifik, sehingga dengan adanya dua fakta itu, Rocky Gerung menyebut ini menjadi sebuah ancaman.
“Yang kedua, China ada di dalam rencana pertandingan super power di Asia Pasifik tu,” ujarnya menambahkan.
Dengan adanya fakta yang disebut Rocky Gerung, dia mengatakan jika tentu fakta-fakta itu bisa dibaca sebagai ancaman.
“Jadi orang walaupun nggak bisa menjelaskan misalnya secara akademis, paham bahwa ada rasa terancam tuh, apalagi kalau dihitung bahwa ekspansi ekonomi China itu penetrasinya masuk sampai ke Amerika,” kata Rocky Gerung.
Namun, hal yang paling utama bagi Indonesia kata Rocky Gerung, yakni kasus kekerasan kemanusiaan terhadap minoritas muslim yang dilakukan oleh China di Ughyur.
Pengamat politik ini mengakui jika persepektif Luhut Binsar Pandjaitan terhadap China memang benar, namun tidak lengkap dan mestinya membaca catatan sejarah tahun 1965.
“Jadi pak Luhut perspektifnya benar, tetapi tidak lengkap karena musti membaca dimensi sejarah di tahun 1965 dimana poros Beijing, Jakarta, Pyongyang itu dianggap intervensi yang besar-besaran China terhadap Indonesia,” tuturnya.
Selain itu, bahaya China untuk Indonesia juga dilakukan dari sisi perekonomian dan mengambil jatah pekerja bawahan di Sulawesi.
“Dan semua memori kolektif itu masih ada yang terhubung dengan sejarah emosional karena menganggap China mengambil jatah dari bahkan pekerja bawahan di perusahaan-perusahaan pertambangan di Sulawesi terutama dan Halmahera,” ujarnya.
Sehingga menurutnya, kurang tepat Jika Luhut menganggap China bukan sebuah ancaman untuk Indonesia.
“Jadi saya kira kurang tepat juga dianggap oleh Pak Luhut Bahwa itu bukan masalah. Tetap dia adalah masalah bahkan dalam keadaan damai pun kita musti anggap bahwa persaingan politik di Asia Pasifik itu akan dipengaruhi oleh pertumbuhan China sebagai junior super power,” ujarnya.
Sumber: Makassar Terkini